Kurangi Prevalensi Stunting, Antisipasi Sejak Dalam Kandungan

SEMARANGJoglo Jateng – Penting bagi keluarga dan masyarakat untuk antisipasi stunting maupun kekerdilan dan gizi buruk. Sehingga, dengan antisipasi dan pencegahan tersebut dapat menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.

Dokter Spesialis Anak RSUD Tugurejo, Dian Emiria Tunggadewi menyebutkan, pencegahan stunting maupun kekerdilan dilakukan sejak dalam kandungan. “Antisipasi dimulai dari ibu hamil atau saat bayi dalam kandungan,” ujarnya, (28/01/2023).

Menurutnya, stunting maupun kekerdilan dan gizi buruk dapat terjadi karena kurangnya asupan gizi. Maka untuk menanggulangi hal itu, pada ibu hamil untuk menambah asupan gizi dan protein. “Banyak makan buah, sayur dan makanan yang mengandung protein hewani,” katanya.

Selain karena kurangnya asupan gizi, lanjutnya, penyebab tidak langsung dari stunting ialah terkait ketahanan pangan. Yaitu meliputi ketersediaan, keterjangkauan dan akses pangan bergizi.

“Lingkungan sosial (norma masyarakat, pendidikan), akses dan tempat pelayanan kesehatan, serta lingkungan pemukiman (air, sanitasi, kondisi bangunan) juga jadi penyebab stunting,” terangnya.

Kendati demikian, Dokter Dian menegaskan, asupan gizi menjadi penting bagi ibu hamil. Selain asupan protein hewani, perlu untuk mengkonsumsi tablet tambah darah, asam folat, dan kalsium. “Selanjutnya, inisiasi menyusui dini. ASI eksklusif selama 6 bulan, melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun,” bebernya.

Di sisi lain, ia memaparkan, stunting itu kondisi gagal tumbuh pada balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan. Hal itu ditandai ketika anak terlalu pendek untuk usianya.

“Kalau kekerdilan, perawakan pendek yang bukan disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Terus jika gizi buruk salah satunya ditandai dengan edema (bengkak),” ungkapnya.

Terkait dengan deteksi dini, ia menganjurkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan setiap bulan di posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat.

“Cegah stunting dengan protein hewani. Makanlah makanan yang penting (protein hewani), bukan yang penting makan,” jelas Dokter Dian.(ziz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *