SEMARANG, Joglo Jateng – Salah satu efek buruk dari pergaulan atau lingkungan dengan preasure tinggi dan tidak kondusif ialah terjadinya depresi pada seseorang. Akibatnya, depresi berdampak pada kesehatan mental maupun hidup seseorang.
Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Tugurejo, dr. Ratih Widayati, Sp. KJ menyebutkan, depresi mempengaruhi fungsi utama dalam seseorang. Misalnya fungsi dalam pekerjaan terganggu, jadi kualitas pekerjaan menurun. Lalu, menarik diri pada lingkungan sosial, tidak mau bersosialisasi atau bertemu dengan orang lain.
“Depresi dapat terjadi pada siapapun, semua kalangan usia. Termasuk pada masyarakat ekonomi rendah, menengah dan lebih,” ujarnya, Selasa (23/05/2023).
Sementara, dirinya mengungkapkan, data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan, lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia diatas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Lalu, lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi.
“Apalagi dampak pandemi Covid-19 tahun lalu tidak hanya pada kesehatan fisik saja. Namun, berdampak juga pada kesehatan jiwa dari jutaan orang,” sambungnya.
Kendati demikian, menurutnya, depresi itu bisa disembuhkan. Saat ini, dengan perkembangan teknologi dan obat-obatan kesembuhan dapat dipercepat.
“Pengobatan depresi ada dua cara. Yaitu dari sisi obat, dengan diperiksa oleh psikiater lalu akan diberikan obat, kemudian dievaluasi selama 6 bulan. Harus minum obat teratur, “ terangnya.
Selain pengobatan, lanjutnya, bisa dengan terapi non-obat. Seperti dari sisi religi, support system (keluarga maupun teman dekat, lingkungan pekerjaan), serta kesehatan fisik (olahraga).
Maka dari itu, pihaknya menyampaikan, kenali penyebab dan gejala dari depresi. Penyebab depresi secara garis besar ada tiga hal pokok. Yaitu dari sisi biologis (genetik), psikologi, maupun sosial lingkungan.
Lebih jauh, dirinya menjelaskan, gejala utama yaitu perasaan sedih yang berkepanjangaan, hilang minat terhadap sesuatu, dan mudah kelelahan. Gejala tersebut disertai gangguan tidur, susah makan, konsentrasi, merasa tidak punya masa depan, menyalahkan diri sendiri bahkan berpikiran bunuh diri.
Oleh sebab itu, ia mengatakan, depresi butuh pengobatan dan memerlukan terapi yang bisa dilakukan untuk mempercepat penyembuhan. Menghindari hal-hal yang dapat membuat depresi.
“Depresi ini meskipun sudah sembuh bisa terulang lagi seperti sakit yang lain. Juga, sakit apapun jika tidak mendapatkan pertolongan atau tata laksana dan diobati pasti akan menjadi lebih berat,” ucapnya.
Dokter Ratih berpesan, kenali, pahami deteksi dini depresi. Diperbolehkan self diagnosis namun tidak menyimpulkan sendiri. Jika ada tanda-tanda gejala tersebut untuk segera minta pertolongan ke dokter maupun psikiater terdekat.
“Kita sarankan untuk olahraga, bisa dengan jogging atau berenang. Kemudian terapi perilaku kognitif yang diberikan program oleh psikiater,” tandasnya.(ziz)
Tinggalkan Balasan